top of page
Search
slavrighcarekandi

Legenda menggunakan bahasa jawa: Mengenal cerita-cerita asal mula tempat, tokoh, dan budaya Jawa



Masih ingatkah dengan cerita-cerita pengantar tidur? Mungkin kamu suka dibacakan cerita pendek, fabel, dongeng atau legenda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang memiliki hubungan dengan peristiwa sejarah. Menurut Emies, legenda adalah cerita kuno yang berdasarkan sejarah dan angan-angan. Maka dapat disimpulkan legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang berisi tentang khayalan namun memiliki hubungan dengan peristiwa sejarah. Kali ini TambahPinter akan menyegarkan ingatan kamu tentang legenda dalam bahasa Jawa. Apa saja, ya?




legenda menggunakan bahasa jawa




Percakapan harian diterapkan dalam bahasa jawa yang baik. Seperti pada instansi dan lembaga-lembaga pemerintah pembiasaan berbahasa Jawa digunakan secara rutin setiap hari sabtu dan setiap kamis pahing.


Dalam kegiatan resmi seperti rapat , seminar, musyawarah, dan acara resmi lainnya pembawa acara menggunakan bahasa Jawa. Selain itu juga dilakukan peatihan mocopat, dan pelatihan MC dengan menggunakan bahasa Jawa untuk generasi muda mudi di Desa Dlingo yang sudah terjadwal.


Perbedaannya adalah, jika dalam cerita rakyat, umumnya menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan dalam cerita rakyat yang berbahasa jawa, menggunakan bahasa Jawa dalam menyampaikan cerita yang dibawa atau sedang dibahas.


Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah wayang kulit, keris, batik, dan gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[22] LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi mata kuliah di Universitas Victoria Wellington, Selandia Baru.[23] Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Nagarakretagama menjadi satu-satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara, Universitas Nasional Singapura, John N. Miksic, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung, dan seni.[24] Budaya Jawa termasuk unik karena bahasa Jawa mempunyai tingkat tutur yakni ngoko, madya, dan krama.


Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.


Pada abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20, bahasa Jawa aktif ditulis menggunakan aksara Jawa terutama dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagai bagian dari muatan lokal, namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.[27][28]


Sejarah DesaPada jaman dahulu kala ada suatu tempat dimana tempat tersebut seperti hutan atau kopen (dalam bahasa jawa). Adapun didalamnya ada banyak tumbuhan seperti Kelapa, Kopi dan lain-lain terbengkelai tak terawat tidak ada penghuninya. Dalam cerita karena pemilik kopen tersebut orang-orang yang domisilinya jauh diluar wilayah.


Dikutip dari Wikipedia, pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah Jombang merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, sedang gapura selatan adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng.Dalam logo Kabupaten Jombang, memang terdapat gerbang dan benteng yang melambangkan bahwa zaman dahulu Jombang adalah benteng Majapahit (Mojopahit) sebelah barat.Pada tahun 1910 Jombang memperoleh status kabupaten, memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto. Raden Adipati Arya Soeroadiningrat menjadi bupati pertama. Dia juga biasa disapa Kanjeng Sepuh atau Kanjeng Jimat. Dia juga merupakan keturunan ke-15 dari Prabu Brawijaya V, Raja terakhir Majapahit.Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur.Nama Jombang konon, merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa yaitu ijo (hijau) dan abang (merah). Ijo (hijau) mewakili kaum santri (agamais), dan abang (merah) mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan, dan harmonis di Kabupaten Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang.Sementara berdasarkan cerita dari mulut ke mulut di kalangan masyarakat, nama Jombang tak lepas dari sosok Kebo Kicak dan Surontanu.Konon katanya dulu di sebuah kadipaten milik Majapahit ada seorang anak yang dikutuk oleh orang tuanya, Kebo Kicak yang dianggap durhaka dikutuk sehingga kepalanya berubah menjadi kepala kebo(kerbau).Setelah sadar akan semua kesalahannya Kebo kicak memutuskan berkelana dan terus berkelana hingga pada akhirnya Kebo kicak menemukan seorang guru.Guru tersebut adalah seorang kyai. Dengan terus mengingat kesalahannya dan menanggung kutukan, Kebo kicak berguru bertahun tahun untuk menebus perbuatannya. Setelah sekian lama dia akhirnya benar benar sadar dan berhasil menuntaskan pembelajarannya, akhirnya dia dikenal sebagai orang yang tak hanya sakti tapi juga begitu soleh.Lantas siapa Surontanu. Di kala itu di kadipaten asal Kebo kicak yang kelak akan disebut Jombang ada seorang perampok sakti yang bernama Surontanu. Ia adalah orang yang paling ditakuti olang orang-orang kabupaten, bahkan adipati yang tak lain ayah Kebo kicak kehabisan akal untuk menghabisi atau menghentikan Surontanu.Dengan cepat terjadi huru-hara dirumah kadipati, Kebo kicak yang mendengar kabar itu berpamitan kepada sang guru dan berusaha menolong orang tuanya untuk menebus dosa. Sayang usahanya telah sia-sia. Sang ayah telah terbunuh di saat Kebo kicak menapakkan kaki di kadipaten, Kebo kicak yang telah kehilangan kesempatan untuk menebus dosanya begitu marah dan putus asa, dengan penuh rasa marah dia mengejar Surontanu hingga beberapa hari dia berhasil menemukannya.Saat itu juga terjadi pertempuran hebat yang beralangsung antara Kebo kicak dan Surontanu. Menurut legenda ketika mereka bertarung keluar cahaya hijau(ijo) dan merah(abang), pertarungan sengit itu berlangsung berhari-hari hingga akhirnya dengan pemikiran yang matan dan keputusan bulat Kebo kicak memilih menenggelamkan Surontanu serta dirinya jauh kedalam Rawa tebu, dan hingga saat ini mereka tak pernah kembali lagi.Versi lainnya, salah satunya mengisahkan bahwa Kebo Kicak adalah sosok kesatria. Dia mengobrak-abrik Kerajaan Majapahit untuk mencari ayah kandungnya yang bernama Patih Pangulang Jagad.Setelah bertemu Patih Pangulang Jagad, Kebo Kicak diminta menunjukkan bukti bahwa dia benar-benar anak sang Patih. Cara membuktikannya tak mudah. Kebo Kicak diminta mengangkat batu hitam di Sungai Brantas. Dalam upayanya itu, Kebo Kicak harus berkelahi dengan Bajul Ijo.Usaha Kebo Kicak membuahkan hasil. Setelah berhasil membuktikan bahwa dirinya anak kandung Patih Pangulang Jagad, Kebo Kicak diberi wewenang menjadi penguasa wilayah barat.Ambisi kekuasaan yang tinggi membuat Kebo Kicak tak pernah puas. Dia bertarung dengan saudara seperguruannya, Surontanu, demi memperebutkan pusaka banteng milik Surontanu.Konon, pertempuran kedua orang tersebut berlangsung amat dahsyat. Saat keduanya bertarung, muncul cahaya ijo (hijau) dan abang (merah). Dari penggabungan kata ijo dan abang tersebut muncul sebutan Jombang.Kini, warna hijau dan merah tua begitu mencolok dalam logo Kabupaten Jombang. Warna dari perisai berarti perpaduan dua warna Jo dan Bang (ijo dan abang) sama dengan Jombang.Warna hijau bermakna kesuburan, ketenangan, dan kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara, warna merah berarti keberanian, dinamis dan kritis.Tapi, ada pula yang menyebut ijo mewakili kaum santri (agamis), sementara abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). (adsbygoogle = window.adsbygoogle []).push();Sumber: Wikipedia, wiyonggoputih.blogspot.com, jombangkab.go.id, berbagai sumber JombangSejarahSebarkan Berita TerkaitRolling Stone Rilis 200 Penyanyi Terbaik


Cerita rakyat bahasa Jawa singkat merupakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari Jawa dan diceritakan menggunakan bahasa Jawa asli. Sebagaimana yang kita tahu selama ini bahwa ada banyak cerita rakyat yang berasal dari Jawa akan tetapi sudah tidak lagi dikisahkan dalam bahasa Jawa.


JAKARTA, iNews.id - Terkuak daerah Jawa Barat yang menggunakan bahasa Jawa. Penggunaaan bahasa Jawa di wilayah tersebut tentu memiliki sejarah yang panjang hingga akhirnya berbeda dengan wilayah lain di Jawa Barat.


Sedangkan bahasa Jawa sendiri banyak dituturkan oleh masyarakat yang sebagian besar berada di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur, Oleh sebab itu, wilayah di Jawa Barat yang penduduknya justru banyak menggunakan bahasa Jawa menjadi fenomena yang unik. 2ff7e9595c


1 view0 comments

Recent Posts

See All

Comentários


bottom of page